Ketika kupejamkan mata, itu bukan berarti aku tertidur. Aku hanya rindu sosokmu,
yang kini hanya bisa kutemui dalam pejaman mataku. Kau menghilang bersamaan
dengan terbenamnya sang mentari yang diselimuti oleh senja yang begitu indah.
Mungkin, esok pagi sang mentari pasti akan datang kembali. Tapi, apakah begitu
juga denganmu? Apakah kau akan kembali untuk mengusir segala kesepian ini?
Ahh.. rasanya anganku terlalu berlebihan, bagaimana mungkin kau mau menemui
seekor angsa yang sedang belajar untuk terbang kembali? Ketika sayapnya penuh
dengan darah dan goresan luka yang kausebabkan. Mustahil! karena kaumemang
tak punya hati.
Aku lupa, bahkan aku tak ingat lagi entah sudah yang keberapa kali rindu ini
membuat mataku membengkak, membuat tidurku tak nyenyak juga membuatku
tak bisa bernafas; sesak. Apakah kautak merasakan rindu yang kutitipkan
lewat angin yang berhembus secara perlahan? Lewat hujan yang sering kali jatuh
tak beraturan? Juga lewat kupu-kupu yang mungkin sudah kelelahan mencari
sosokmu yang tak juga muncul kepermukaan. Sudahlah! mungkin angin,
kupu-kupu, juga hujan sedang lupa ingatan.
Aku sadar, seekor angsa tak akan mungkin berdampingan dengan seekor singa
yang gagah. Tapi, apa salah jika kau kurindukan? Seperti pagi yang rindu akan
malam, seperti pelangi yang tak lelah menunggu redanya hujan, juga seperti aku
yang kini kehilangan arah sejak kautinggalkan. Memang, dalam wajahku tak ada
kesedihan, tak ada air mata juga guratan luka. Tapi, tahukah kamu? Ada sembilu
yang kini tertancap di dada kiriku setelah kepergianmu.
Sekarang aku mengerti, cinta tak mudah berubah jadi benci, meski kini kautelah
pergi, meski kautinggalkan aku sendiri, namun cinta ini malah semakin tumbuh,
bahkan melebihi dugaanku. Dan ketika aku merindukanmu itulah saat dimana aku
merasa benar-benar lemah - tak - berdaya, karena rindu ini lah yang kerap
kali memaksaku untuk menyerah.
Aku menulis ini ketika air mataku tak mampu lagi untuk terjatuh,
aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi untuk berkeluh, dan
aku menulis ini ketika aku tak tahu lagi bagaimana caranya mengobati
rinduku padamu, yang semakin hari semakin menyiksaku.
Sayang, kembalilah, temani aku meski hanya dalam genangan air hujan; kenangan. :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar