widgets

Selasa, 11 Maret 2014


Istana seperti apa yang akan engkau bina untukku dari serpihan karang dan remis yang melumut pada pepasir pantai?
Tak takutkah engkau pada gelombang yang akan melahap harap umpama ganggang melumat riak di ceruk landai?


Mencintai adalah seni tersendiri. Setiap kasus percintaan adalah unik. Walaupun ada template-template kasus yang memiliki kemiripan dalam penyelesaiannya. Namun bagi saya, cinta bukan soal menyelesaikan, tapi bagaimana menikmati proses mencintai itu sendiri.
Jadian, menjadi pacar, adalah bukan titik akhir pencapaian. Itu hanya entry point menuju sebuah medan pengalahan ego yang lebih keras. Medan yang akan membuat egoisme berdarah-darah melawan kompromi.

Saya menikmati proses apapun yang saya jalani saat ini. Dia yang berhasil mencuri perhatian, akan saya jaga sebaik-baiknya. Rasanya sayang kalau harus membunuh rasa ini sedini mungkin, walau saya tahu itu tak mungkin.

Kurasa lebih baik kita bangun saja ayunan didahan-dahan yang menyiangi resah pada temaram.
Kita bisa melantunkan kidung-kidung gundah dan sajak nestapa pada setiap celah yang melelapkan malam.


Setelah lelah aku akan mengajakmu menyusuri bebukitan di ambang pandang yang menyapa dahaga risau.
Aku ingin menggamit tanganmu untuk melukis sebentuk rasa dalam bilik hati pada akar-akar bakau di ujung pulau.


Lalu pada akhirnya aku akan menggenggam jemarimu agar engkau kuat dalam terpaan angin sekuat apapun.
Kuingin tanpa hujan muncul pelangi memercik angan dalam reruntuh kisah di tutur sapamu yang paling santun.



 

Tidak ada komentar: